Sabtu, 24 Oktober 2015

Tentang Bencana Kabut Asap di Kotaku

Tuhan selalu peduli pada umatNya, Ia selalu menjaga CiptaanNya dengan penuh Kasih. Hanya manusia yang Lupa untuk menjaga alam yang telah diciptakanNya untuk kesejahteraan manusia.
Apa yang terjadi pada alam sekarang ini adalah akibat ulah manusia sendiri, yang begitu ingin menguasainya namun merusak lingkungannya.
Tuhan menciptakan semua baik adanya (Kejadian 1:1-31).
(Edisi Kabut Asap, Palangka Raya 24 Oktober 2015)

Sabtu, 03 Oktober 2015

Aku Rindu.....


Sudah hampir 2 bulan matahari enggan muncul di langit kotaku,
tertutup kabut asap nan pekat,
pelangipun  tak mau menampakkan dirinya karena hujan belum juga turun membasahi bumi Tambun Bungai
Duhai...kota cantikku tertutup kabut asap
kni tak lagi kelihatan cantik
semua kelam, semua muram
Hutan gambutku yang dulunya bersahabat kini tampak marah,
api berkobar menjalar memusnahkan semuanya,
karena tak ada lagi pepohonan hijau yang berdiri tegak kokoh karena
semuanya telah dibabat habis oleh orang-orang tak bertanggungjawab, air hitam gambutku kini menjadi kering tak mampu memadamkan api
Aku rindu melihat matahari...
Aku rindu berlindung dibawah pepohonan hijau....
Aku rindu menatap setiap tetes air hujan, seperti aku juga rindu menatap pelangi yang muncul sesudahnya...
Aku rindu Tuhan menjamah kotaku dan menurunkan hujannya...

Rabu, 24 Juni 2015

Tuhan itu Sangat Baik dan Selalu Setia

 Injil Markus 4:35-40

Kesibukan yang Sangat Menyita Waktu

Dalam keseharian kita, terkadang kita bekerja terlalu keras sehingga sering waktu-waktu bersama orang-orang terdekat kita terabaikan, terlebih mungkin pula waktu untuk Tuhan. Kita sering merasa bahwa kita mampu melakukan segalanya sendiri, terlebih disaat sukses kita merasa hebat dapat menyelesaikannya, lalu kita menjadi sombong. Selesai satu pekerjaan, pekerjaan lain telah menunggu, dan haripun terus berjalan. Anak-anak bertumbuh semakin besar, tanpa merasakan kedekatan dengan orangtuanya. Hubungan dengan Tuhan pun semakin jauh, jika kita terus tidak memberikan waktu kita untuk menyapaNya. Seolah-olah kita tidak memerlukan DIA. Lalu usia kita pun bertambah terus, jika kita tidak waspada, kita akan mengalami kekeringan rohani. Jika kita bisa merenung sedikit, "apakah yang telah kusiapkan untuk berjumpa denganNya kelak?" pastinya kita tidak terlalu terlena dengan kesibukan kita, kita pasti akan menyiapkan waktu khusus untuk bersama keluarga dan bersama Tuhan serta dengan sesama.

Refleksi

Injil Markus 4:35-40 menceritakan tentang para murid Tuhan yang sangat khawatir akan kondisi cuaca, badai yang mengamuk hal ini bisa disamakan dengan kondisi kita yang selalu khawatir akan kehidupan kita, akan pekerjaan kita, akan keluarga kita, akan kebutuhan-kebutuhan yang mendesak, akan masa depan kita dan mungkin masih banyak lagi kekhawatiran lainnya yang bila di list akan menjadi panjang.
Para murid lupa ada Tuhan Yang Maha Segalanya bersama mereka, kitapun sama, sering lupa ada Tuhan yang selalu bersama kita. Para murid mencoba mengatasi badai sendiri, mungkin mereka berpikir tidak perlu merepotkan Tuhan. Kitapun juga sama, kita sering menganggap bahwa kita mampu menyelesaikan semuanya sendiri, kita bisa....kita sanggup....Namun kita lupa, kemampuan kita ada batasnya seperti juga para murid Tuhan. Ketika angin ribut dan badai tak mampu dihadapi para murid, barulah mereka membangunkan Tuhan, " Guru, Engkau tidak peduli kalau kita binasa?" Seperti itu juga kita, ketika badai kehidupan sangat berat menimpa kita, barulah kita ingat padaNya dan seperti para murid, kita juga berkata",Tuhan, tidak pedulikah Engkau  kalau aku jatuh?". Padahal Tuhan ada bersama mereka, dalam perahu yang sama. Padahal dalam kehidupan kita pun Tuhan selalu bersama kita, hanya kita yang lupa memanggilNya, kita lupa membawaNya dalam keseharian kita. Ketika para murid membangunkanNya, Tuhan segera bangun dan menghardik angin ribut itu, lalu angin itu reda. Seperti itu pula yang diperbuat Tuhan untuk kita, badai kehidupan kita akan reda jika Ia diikutsertakan, jika kita membiarkan Dia turut bekerja. Namun para murid seolah tidak yakin dan percaya akan kuasaNya seperti juga kita, Iman kita bahwa Tuhan sanggup melakukannya, sering masih sangat kurang. Sehingga Tuhan harus berkata,"Mengapa kamu begitu takut?", Mengapa kamu tidak percaya?"

Menurut Romo Frans Janu, Pr., Ada 3 hal yang harus kita miliki dalam kehidupan ini:

1. Jangan Sombong 

Kesombongan kadang membutakan kita, sehingga kita selalu merasa bahwa diri kita mampu menyelesaikan segala sesuatu sendiri. Padahal kemampuan kita sangat terbatas, ada saat-saat dimana kelemahan manusiawi kita menyadarkan kita bahwa kita tidak sanggup dan kita sangat memerlukan DIA. Oleh sebab itu, buanglah kesombongan dalam diri kita.


2. Jangan Biarkan Ketakutan Menguasaimu

Kadang-kadang ketakutan membuat kita tenggelam dalam ketakutan itu sendiri, sehingga kita tidak sempat untuk berdoa, tidak sempat menemui Tuhan. Kita terlalu terkukung dalam ketakutan tersebut. Karena itu tetaplah tenang dan kuasailah dirimu sehingga kamu bisa berdoa.


3. Milikilah Iman yang Kuat


Dalam segala persoalan hidupmu, milikilah Iman yang kuat, percayalah bahwa Tuhan selalu ada bersamamu. Kau hanya perlu memanggilNya dan membawa DIA dalam segala persoalan hidupmu. Karena DIA sangat baik dan selalu setia. Jangan pernah melupakan DIA dalam setiap peristiwa hidupmu.

Kamis, 18 Juni 2015

Tentang Rafael

Ketika Rafael  Sakit

Pagi ini aku terbangun dikejutkan oleh panggilan suamiku, ia mengatakan bahwa Rafael putra kami demam. Waduh...kenapa bisa jadi demam ya? padahal kemarin sore main sepakbola nda ada tanda-tanda akan demam. Jadilah aku menyiapkan kompress untuk menurunkan suhu tubuhnya serta memberinya obat penurun panas. Seperti biasa sebelum mengerjakan pekerjaan rumah, aku selalu melakukan kewajiban utamaku, berdoa Rosario. Mohon penyertaan dan doa Bunda Maria untuk kami semua sepanjang hari ini, untuk orang-orang sakit dan intensi khusus untuk kesembuhan Rafael. Setelah menyelesaikan doaku, aku melangkah ke dapur, menjemur pakaian dan memasak nasi bubur dan telor untuk sarapan anakku. Sesekali aku menjenguk ke kamar untuk memeriksa kondisi anakku, kulihat ia tertidur dengan nyenyaknya, kuraba dahinya agak turun panasnya. Lalu melanjutkan pekerjaanku. Menyapu rumah dan mandi pagi. Dingin air menyegarkan tubuhku. Kemudian aku menyiapkan bubur anakku, kebetulan ia sudah bangun. Aku memintanya duduk dan menyuapkan bubur untuknya, mula-mula aku senang sekali karena ia mau makan, satu suap...dua...suap..sampai empat suap..ia mengatakan "sudah mah" Akupun berhenti, aku sedih biasanya ia makan lahap sekali. Lalu tiba.tiba ia memuntahkan buburnya tadi, dengan penuh kasih aku membimbingnya ke kamar mandi, melap bekas muntahnya dan tersenyum padanya. Aku tau, bahwa meskipun aku agak khawatir tapi aku tidak boleh menampakkan hal ini kepadanya. Lalu aku membimbingnya lagi ke tempat tidurnya. Ia memegang tanganku terus, tak mau kutinggalkan..Untungnya pekerjaan rumah sudah kuselesaikan semua, jadi aku bisa tetap disampingnya. Ini ceritaku hari ini..sampai aku menuliskan hal ini, Rafaelku lagi di depan tv, berbaring sambil menonton. Sehingga aku bisa sebentar ke laptopku dan bercerita tentangnya. Aku percaya ia akan sembuh lagi, main sepak bola, bernyanyi menghibur kami semua dan melucu. "Tuhan, jika ada anak-anak lainnya yang juga sakit hari ini, semoga Engkau juga menyembuhkan mereka, sehingga mereka boleh memberi kegembiraan lagi buat anggota keluarganya". Amin.


“Kebaikan tanpa sengaja”

Hari ini seperti biasa, aku keliling pekaranganku, disini aku menanam berbagai macam bunga, serta ada pula bibit buah yang kutanam dalam polybag. Aku menghitung satu persatu;  durian ada, langsat ada, rambutan ada, sirsak juga ada,  hmm …lengkap pikirku. Tapi koq ada sedikit tempat yang kosong ya? Ah ya…aku baru ingat disitukan tempat bibit sirsakku yang sdh lumayan besarnya, tumbuh sehat dan gemuk dan siap dipindahkan  ke kebun….weh kemana ya? Mataku berkeliling mencarinya, tapi tak kutemukan, duh… hilang deh. Semua orang rumah kutanyakan tidak ada yang tahu.. Hu…hu…aku sedih, tapi haruskah aku mencaci maki sementara aku tak tau siapa yang membawanya. Seribu umpatan ada dibenakku, dan siap disembur keluar, tapi hati kecilku melarang, tak usahlah katanya. Ah…ya..ya…akhirnya aku mengganti umpatan dengan harapan, semoga..pohon sirsaknya ditanam dengan baik, tumbuh subur dan berbuah lebat, dapat menolong yang menanamnya dan berguna untuk orang banyak. Ya, ini lebih baik daripada marah-marah, toh tanaman itu tak bisa kembali juga.
Ini ceritaku hari ini, mungkin ada diantara kamu yang memiliki pohon yang bahkan sudah berbuah, tapi orang lain yang menikmatinya…he..he…biarkanlah teman, karena hidup ini memang harus berbagi. (14 Juni 2015)