Jumat, 08 Juli 2016

Ketika Alex Jatuh Cinta




“Tok..tok…” ketukan dipintu ruang kerjaku membuatku terkejut dan sejenak berhenti memeriksa tugas-tugas mahasiswa.
“Siapa pula yang berani mengetok pintu,” pikirku. Soalnya teman-temanku hafal betul kebiasaanku jika sudah menutup pintu artinya aku tidak mau diganggu, bahkan mahasiswa sudah kuwanti-wanti juga.  Belum sempat aku berucap “silakan masuk!’, sebuah kepala nongol di pintu, sambil berucap,” maaf bu, boleh saya masuk,”  Meski sebetulnya aku sedang tidak mau diganggu, tetapi begitu melihat wajah yang memelas, hatiku luluh juga. “Ya, silakan, kataku sambil menyuruhnya duduk.
“Ada apa Alex?, mestinya anda tahu, kalau pintu ruang kerja ibu tertutup, itu artinya ibu belum mau diganggu karena ada tugas yang harus ibu selesaikan,”  kataku mengingatkannya akan kebiasaanku.
“Iya bu, saya tau tapi saya sangat perlu berbicara dengan ibu,” jawabnya.
“ Baiklah, sekarang ceritakan apa masalahmu?”, kataku sambil merapikan  kertas-kertas yang berserakan di mejaku.
“ Ibu kenal Ocha kan?” tanyanya . Sekilas kulihat wajahnya merona merah. Hmm…pasti sedang jatuh cinta nih, pikirku.
“Iya, Ocha yang manis anak kelas A kan?, tebakku. “Ya, betul bu! katanya.
“Lalu kenapa dengan dia?” tanyaku lagi.  Sambil tertunduk malu-malu, Alex mengatakan “Aku suka sama dia bu”. Akh tidak salah dugaanku, mahasiswaku ini sedang jatuh cinta.
Sambil tersenyum aku berkata, “Apa yang membuat kamu suka padanya?”
“Ocha  ini manis bu, lembut dan baik hati”, ujarnya, tapi aku tidak tau, bagaimana caranya supaya ia tau kalau aku suka padanya bu”.
Sejenak aku termenung, ingatanku kembali pada saat aku mahasiswa  dulu, ketika seseorang  mencoba mendekatiku dan yang kemudian menjadi pacarku. Mulanya aku tidak sadar kalau ia naksir padaku, apapun upayanya mendekatiku tidak kutangkap sebagai suatu cara mendekatiku.  Sampai suatu hari ketika praktek  mata kuliah Teknik Persemaian, aku dan dia sama-sama satu kelompok.  Saat akan mengisi tanah subur ke polybag, tak sengaja tanganku dan tangannya bersentuhan, duh ada yang nyetrum rasanya. Kami sama-sama terkejut dan cepat menarik tangan masing-masing, tapi kulihat ia tersenyum. Akupun tersenyum malu.  Sejak itu kami selalu bersama, praktek matakuliah ada dalam kelompok yang sama, mengerjakan tugas juga selalu sama-sama, hingga suatu ketika ia mengatakan kalau ia suka padaku, akupun merasakan hal yang sama lalu kamipun jadian. Indah sekali masa-masa itu, selalu semangat untuk mengikuti perkuliahan.
“Bu…Bu…!”  ujar Alex mengagetkanku
“Astaga, ternyata aku melamun didepannya. Semoga ia tak tau kalau apa yang dialaminya sekarang sama seperti yang kualami dulu.
“Iya, Alex, terus apa yang bisa ibu bantu untukmu? tanyaku
“ Bu, bisakah ibu memberikan saran untukku, bagaimana supaya aku bisa dekat dengannya?”
Olala, ternyata dia datang tadi hanya untuk menceritakan hal ini. Yah tak apalah, memberikan waktu untuk mendengar masalah anak didik kita, bukanlah sesuatu yang dapat membuat kita rugi.
Alex ini merupakan mahasiswa yang cukup menonjol di angkatannya, pandai dan cerdas serta suka menolong teman-temannya yang kesulitan. Lagipula aku selalu mengatakan pada mahasiswaku jika mereka ada kesulitan atau ada hal-hal yang mau didiskusikan mereka boleh datang ke ruanganku. Rupanya hal ini tidak disia-siakan oleh Alex. Meskipun aku bukan Pakar Cinta, tapi aku mencoba memberikan saran untuknya.
Lalu aku mengatakan kiat-kiat  yang harus dilakukannya untuk melakukan pendekatan pada Ocha. Seperti ; membantu Ocha dalam perkuliahan mungkin ada hal-hal yang kurang dimengertinya dalam perkuliahan, menempatkannya satu  kelompok dengannya dalam Praktek matakuliah, juga dalam tugas kelompok.
“Oh iya bu, saya akan coba lakukan seperti yang ibu sarankan, ujar Alex sambil berdiri.
“Terimakasih bu, dan sekali lagi maafkan saya sudah menyita waktu ibu untuk mendengarkan curhat saya. Permisi bu, “ ujarnya lagi sambil melangkah keluar ruang kerjaku.
“Ok, good luck Alex”, kataku sambil berdiri menutup pintu ruanganku. Hmm…tampaknya aku tak bisa lagi meneruskan pekerjaanku tadi karena sudah jamnya menjemput  Chinta  putriku pulang sekolah.
Kemudian haripun berlalu terus, aku sibuk dengan tugas-tugasku juga pekerjaan lainnya, penelitian dan pengabdian pada masyarakat yang membuatku harus meninggalkan kampus untuk beberapa hari. Sejenak aku lupa dengan Alex, mahasiswaku yang sedang jatuh cinta.
Sampai suatu ketika, aku dikejutkan dengan kedatangan mereka berdua ke ruanganku. Ya, Alex dan Ocha sama-sama mengumpulkan tugas mata kuliah yang kuberikan. Aku tersenyum melihat keduanya, Alexpun tersenyum sambil mengacungkan jempolnya disisi kanan tubuhnya. Yah aku mengerti, mereka sudah jadian.
Adalah suatu kebahagiaan tersendiri, dapat melihat mahasiswa kita bahagia dengan sesuatu yang diimpikannya.  Biarlah mereka melangkah bersama sambil menggapai cita-citanya. Menjadi Dosen tidak hanya mengajar dan mendidik, tapi juga harus bisa menyiapkan waktu untuk mendengar  curhat mahasiswa sambil tetap mengingatkan mereka untuk tidak melangkah di jalan yang salah.

Sabtu, 24 Oktober 2015

Tentang Bencana Kabut Asap di Kotaku

Tuhan selalu peduli pada umatNya, Ia selalu menjaga CiptaanNya dengan penuh Kasih. Hanya manusia yang Lupa untuk menjaga alam yang telah diciptakanNya untuk kesejahteraan manusia.
Apa yang terjadi pada alam sekarang ini adalah akibat ulah manusia sendiri, yang begitu ingin menguasainya namun merusak lingkungannya.
Tuhan menciptakan semua baik adanya (Kejadian 1:1-31).
(Edisi Kabut Asap, Palangka Raya 24 Oktober 2015)

Sabtu, 03 Oktober 2015

Aku Rindu.....


Sudah hampir 2 bulan matahari enggan muncul di langit kotaku,
tertutup kabut asap nan pekat,
pelangipun  tak mau menampakkan dirinya karena hujan belum juga turun membasahi bumi Tambun Bungai
Duhai...kota cantikku tertutup kabut asap
kni tak lagi kelihatan cantik
semua kelam, semua muram
Hutan gambutku yang dulunya bersahabat kini tampak marah,
api berkobar menjalar memusnahkan semuanya,
karena tak ada lagi pepohonan hijau yang berdiri tegak kokoh karena
semuanya telah dibabat habis oleh orang-orang tak bertanggungjawab, air hitam gambutku kini menjadi kering tak mampu memadamkan api
Aku rindu melihat matahari...
Aku rindu berlindung dibawah pepohonan hijau....
Aku rindu menatap setiap tetes air hujan, seperti aku juga rindu menatap pelangi yang muncul sesudahnya...
Aku rindu Tuhan menjamah kotaku dan menurunkan hujannya...